Minggu, 09 November 2008

TRAGEDI AMPLOP KOSONG

Oktober lalu, sahabatku mengirim sms pendek yang membuatku terguncang:
"Doakan aku besok aku dioperasi. Rahimku diangkat"
Bukan berita seperti itu yang aku harap setelah lama kita tidak saling berkirim kabar. Tetapi aku yang terbiasa mendapat kejutan, pura-pura sok tegar, membalas smsnya dengan doa dan cinta setulus aku punya. Aku melakukan doa khusus untuk keselamatannya (tentunya bagian ini tidak aku ceritakan padanya).

Aku monitoring perkembangannya. Akhirnya aku mendapat kabar dia sudah di Bandung untuk pemulihan. Seperti anak yang ulang tahun dapat kado besar, aku sangat bersemangat untuk menjenguk dan memberikan semangat. Aku sudah membayangkan dia tergolek lemah tak berdaya, tetapi dia pasti tegar seperti biasanya. Aku ajak keluargaku untuk ikut memberikan semangat. Semua antusias menjenguk. Bahkan aku menyiapkan amplop berisi uang untuk dia. Enatahlah walaupun aku merasa aneh memberinya amplop, tapi aku lakukan juga. Paling tidak aku membawa sesuatu buat dia. Uang tentu saja bukan pilihan yang tepat, tetapi aku gak punya cara lain. Jadi aku putuskan saja memberikan amplop tersebut.

Sampai di rumahnya aku lihat dia tidak tergolek lemas. Ada sisa keletihan di wajahnya tetapi aku melihat semangatnya justru sangat tinggi dibandingkan terakhir kita bertemu. Dia bercerita soal pengalaman spiritual menjelang operasi. Inti dari pengalaman itu adalah penerimaan diri."Kalau kita bisa lebih menerima diri kita dengan kesejarahan kita, pastinya kita menjadi lebih tenang. Dan sangat penting bagi kita memberikan maaf. Pemaafan itu sebenarnya bukan unutk orang lain tapi untuk kita sendiri" katanya sambil tersenyum tulus. Ah, ketulusan itu begitu kuat terpancar. Aku memeluknya sambil pamitan. Kita berjanji untuk lebih sering kontak. Sambil pulang aku sisipkan amplop itu di kepalan tangannya. Dia tentu saja menolak, baginya kedatanganku lebih berharga. Tapi aku memaksanya. Sesaat ada rasa hampa menyelinap dalam hatiku. Entah mengapa.

Hujan deras mengguyur jalanan yang aku lalui menuju pulang. Aku gelisah. Ada sesuatu yang aku rasa gak beres. Tapi apa? Sampai di rumah, HP-ku berdering! Aku meraih HP dari dalam tasku, tiba-tiba sepucuk amplop bergaris terjatuh dari tasku!!! Jantungku berdegup kencang. Aku kemudian terawangkan amplop tertutup itu ke arah cahaya, ternyata terbayang lembaran uang kertas di dalamnya.....!!! Tiba-tiba ada yang menonjok ulu hatiku. Aku mual.... Amplop mana yang aku berikan tadi buat sohibku? Apa amplop tadi berisi? Aku makin mual setelah ku ingat-ingat pastinya amplop yang aku berikan pada sahabatku adalah amplop kosong!!!

Aku SMS sahabatku. Sungguh aku gak mampu bicara langsung via telepon untuk minta maaf seribu bahkan sebanyak maaf yang harus diminta. Dia menjawab smsku singkat: " he...he...ga apa-apa kali. Aku janji lain kali kalau aku perlu pasti kamu orang pertama yang aku kontak"
AKu hanya bisa melongo.

Kita benar-benar mempraktekkan saling penerimaan. Aku harus menerima bahwa diriku melakukan kebodohan ini. Dan dia dengan besar hati menerima aku dengan keteledoranku. Setelah sesi mual dan malu atas ketololanku, muncul sensasi ketenangan dan keyakinan aku bisa hidup dengan tragedi ini tanpa harus kehilangan muka. Aku tidak menyembunyikan apapun dari sahabatku yang satu ini. Aku yakin dia tetap menerimaku sebagai sahabatnya, sekalipun aku memberikan amplop kosong......

Langkah Awalku

Hari ini aku memulai perjalananku di dunia maya. Aku akan mulai berbagi cerita, ide, dan pengalamanku. Penting dan tidak penting ga terlalu masalah.Idenya berawal dari pertemuan kembali dengan salah seorang sahabatku. Bersamanya aku menemukan hari-hari yang bernas. Sayang kesibukan membuat kami sulit untuk bertemu. Pada pertemuan terakhir, aku diberitahu dia memiliki blog. Aku membuka blognya.... Membaca kisahnya mendekatkan aku padanya. Melihat foto-foto perjalanannya, membuatku tenang karena dia baik-baik saja. Aku berpikir hal yang sama mungkin juga bisa dirasakan oleh orang-orang terdekatku ketika jarak membuat pertemuan menjadi kemewahan luar biasa. Blog ini mestinya bisa menjadi pelepas rindu dan kangen sebelum pertemuan terjadi.Sedikit filosofi untuk blog ini, hidup mestinya menjaid indah bagi orang-orang yang menikmatinya. Dan kita harus menemukan makna keindahan hidup bahkan dari kejadian yangs angat menggetirkan...So... here I am now....