Jumat, 24 Desember 2010

Aku Ingin Ibu Nia Seneng

by Diana Handayani Suryaatmana on Friday, December 24, 2010 at 11:16pm

Dua hari lalu, sambil tiduran, Naufal bercerita bahwa teman-teman sekelasnya bersedih dan semua menangisi kepergian Manajer Kelas paling asyiiik di kelas 5 Yastrib SD Hikmah teladan, yaitu Ibu Nia. Tepatnya, Bu Nia akan mengabdikan diri di tempat lain dan akan melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Alias, Bu Nia akan menjadi dosen di ITB dan mengambil program studi S3 di sana. Kami para orang tua murid kelas Yastrib sebenarnya merasa sedikit gelisah mendengar kabar ini. Mengingat anak-anak sudah harus bersiap memasuki fase kelas besar yang lebih serius dan materi belajar juga lebih sulit. Menurut Naufal, Bu Nia dalah salah seorang aguru yang asyiik, seru, dan selalu menjawab pertanyaan siapapun di kelas Yastrib. "Pokoknya seru deh ma!" Keseruan bersama Bu Nia akan segera berakhir dengan selesainya masa semester pertama di Kelas 5 Yastrib, SDHT. Anak-anak dan ornag tua murid belum mendapat kabar siapa yang akan menjadi pengganti Bu Nia.



" Semua orang di kelas pada nangis, ada yang sampai keceng sekali. Kecuali aku dan ...(Naufal menyebutkan satu nama temannya, tetapi saya lupa)"

Saya agak kaget mendengar Naufal ko gak ikutan terharu ya... " ko Naufal ga nangis? Emang gak merasa ikut terharu ya melihat temanmu sedih, merasa kehilangan Ibu Nia?"

Naufal hanya menggeleng.

"Emang Naufal gak sedih ya ditinggal Ibu Nia. Bukannya Ibu Nia guru yang asyiik?" Saya sengaja tanyakan hal ini, karena diam-diam saya agak cemas ko Naufal gak terharu ya akan ditinggalkan oleh guru yang dia sukai. Saya membalikan badan, menatap Naufal yang tengah menerawang seperti membayangkan sesuatu.

"Ada temanku yang nangis sampai kenceng... kayak menjerit-jerit gitu" Naufal seperti tidak peduli dengan pertanyaannku. Saya menahan diri untuk tidak bertanya dulu. Saya tatap wajah si bungsu. Matanya tetap menerawang menembus langit-langit kamar seperti tengah membangun imajinasi... perlahan dia meneruskan ceritanya

"Aku bilang sama yang teriak-teriak itu, eh kamu gak usah menangis gitu. Kamu ingin Bu Nia sedih atau seneng? Temanku bilang dia ingin Bu Nia seneng. Nah kalo kamu ingin Bu Nia seneng ya udah jangan nangis, karena Ibu Nia memang ingin ke ITB dan sekolah lagi. Ibu Nia pergi dari sini karena meneruskan cita-citanya. Kalau Ibu Nia tetap di sini dia akan sedih karena dia gak bisa jadi Dosen dan gak bisa sekolah lagi. Kasian kan nanti dia sedih terus. Sok kamu mau ibu Nia sedih atau senang? Temenku bilang pengen ibu Nia senang. Ya udah jangan nangis, biar ibu Nia bisa ke ITB dan ibu Nia gak sedih lagi. Eh, ternyata dibilangin begitu temenku jadi gak jerit-jerit lagi"


Naufal membalikan badannya menghadapku yang tengah terhenyak mendengar ceritanya

"Aku mau Ibu Nia seneng menjadi dosen di ITB dan sekolah lagi. Aku gak nangis karena ibu Nia pasti akan seneng di sana. Kalo ibu Nia sedih aku baru nangis. Lagian kalo mau ketemu Ibu Nia, aku susul aja ke ITB ya Ma" lanjutnya dengan tenang dan matanya berbinar terang...

Saya terhenyak. Selama ini yang kami pikirkan adalah kepentingan kami, rasa kehilangan kami dan kekhawatiran tidak akan mendapat guru seperti Ibu Nia bukan kepentingan atau kebahagiaan (Naufal menyebutnya seneng) Bu Nia. Saya jadi malu atas prasangka awal atas ketidakpekaan Naufal yang sempat melintas dalam pikiran saya. Ternyata Naufal lebih peka dan lebih berpihak pada guru yang sangat dia hormati dan dia cintai. Dia lebih mementingkan ibu gurunya daripada dirinya sendiri.Malam itu Naufal tidur tenang karena sudah melepas ibu gurunya yang akan menjemput kebahagiannya dan mewujudkan cita-citanya dan membawa mimpinya bertemu dengan Ibu Nia di ITB. Saya tertidur dalam gelisah.

Renungan Pada hari Ibu

by Diana Handayani Suryaatmana on Wednesday, December 22, 2010 at 8:08pm

Hari ini saya dikirim tulisan berikut yang ingin saya share dengan semua kawan.



Seorang Ibu terduduk di kursi rodanya suatu sore di tepi danau, ditemani Anaknya yang sudah mapan dan berkeluarga.

Si ibu bertanya " itu burung apa yg berdiri disana ??"

"Bangau mama" anaknya menjawab dengan sopan.

Tak lama kemudian si mama bertanya lagi..

"Itu yang warna putih burung apa?"

Dgn sedikit kesal anaknya menjawab " ya bangau mama?..."

Kemudian ibunya kembali bertanya

" Lantas itu burung apa ?" Ibunya menunjuk burung bangau tadi yg sedang terbang...

Dengan nada kesal si anak menjawab "ya bangau mama. kan sama saja!..memangnya mama tdk melihat dia terbang!"



Air menetes dari sudut mata si mama sambil berkata pelan.."Dulu 35 tahun yang lalu aku memangku mu dan menjawab pertanyaan yg sama untuk mu sebanyak 10 kali,..sedang saat ini aku hanya bertanya 3 kali, tp kau membentak ku 2 kali.." Si anak terdiam...dan seketika itu jg ia lgsg memeluk mamanya.



Pernahkah kita memikirkan apa yg telah diajarkan oleh seorang mama kepada kita? Sayangilah Mama/Ibu-mu dgn sungguh2.



Mohon ampunan jika kamu pernah menyakiti hati Ibumu.

*Pernah kita menghardiknya ? 'Pernah!':s

*pernahkah kita mengabaikannya ? 'Pernah!'>:/

*pernah kita memikirkan apa yg Dia pikirkan?

'Tidak!':/





* sebenernya apa yg dia pikirkan ?

'Takut':(

-takut tdk bisa melihat kita tersenyum , menangis atau tertawa lg.

- takut tdk bisa mengajarkan hal2 yg baik kpd kita lagi





Semua itu karena waktu Dia singkat..

Saat mama/papa menutup mata , tdk akan lg ada yg cerewet.:(

Saat kita nangis memanggil2 beliau , apa yg beliau balas ?

'Beliau hanya terdiam':(



Tapi bayangannya beliau tetap di samping kita dan berkata : "anakku jgn nangis,mama/papa msh di sini.Mama/papa msh sayang kamu.":(



Kirim ke teman2mu kalau kamu sayang & menghargai orangtua kamu.

Sayangilah Mereka sblm waktunya habis.

Rabu, 03 November 2010

Ulangan Basa Sunda

Dua minggu terakhir ini Naufal mengeluh terus soal pelajaran Bahasa Sunda. Bukan soal cara guru mengajar yang dikeluhkan atau banyaknya PR yang harus dikerjakan, tapi kemampuannya menyerap pelajaran yang satu ini "payah" begitu keluhnya. "Salah mama ni... nggak pernah ngajarin Naufal Bahasa Sunda. Kenapa kita bicaranya Bahasa Indonesia? Naufal gak hafal hafal deh nama-nama dalam bahasa Sunda" sambil bersungut-sungut atau sambil matanya menerawang jauh.

Saya agak tersentak dan baru menyadari memang gak pernah secara sungguh-sungguh mengajarkan Bahasa Sunda. Kami dari keluarga campuran antara Sunda (saya) dan Jawa Timur (suami). Dulu sebelum menikah kami sepakat untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di rumah dengan asumsi anak-anak akan belajar dengan sendirinya kedua bahasa daerah kami. Tentu saja kami tidak pernah membayangkan akan tinggal di kompleks perumahan yang ternyata penghuninya berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Otomatis bahasa pengantar kami dominan Bahasa Indonesia. Di sekolah, Bahasa Sunda juga nyaris hanya digunakan (sebagian) pada pelajaran Basa Sunda karena kebanyakan murid-murid SD Hikmah Teladan (SDHT) bukan orang Sunda. Akhirnya, kesempatan untuk belajar Bahasa Sunda (juga Bahasa jawa) tidak pernah muncul. Anak-anak agak terpisah dari konteks budaya Bahasa Sunda.

Minggu lalu, Naufal belajar dengan keras menghafalkan nama-nama anggota tubuh dalam Basa Sunda. Ketika saya coba menggodanya "rajin banget ni anak soleh", Naufal hanya melengos " mamaaaa gak boleh gangu... aduh Naufal gak hafal-hafal ah. Susah amat sih Bahasa Sunda teh". Malam itu Naufal tertidur kelelahan belajar Basa Sunda karena besoknya mau ulangan.

Beberapa hari kemudian Naufal membawa hasil ulangannya dengan muka cerah dan senyum lebar " Maaaa.... ulangan.... hebaaaatttt..... berhasil..." Naufal menyerahkan hasil ulangan Basa Sunda. Hmmm lumayan juga nilainya 82. Tidak percuma Naufal belajar keras unutk satu pelajaran ini, tapi begitu melihat lembar ulangan keseluruhan saya gak bisa nahan tawa:


A. Sebutkeun Basa Sundana
Tingali tanda panahna, terus sebutkeun Basa Sundana (anak-anak diminta menyebutkan nama-nama bagian anggota tubuh yang diberi tanda panah). Di bawah perintah tersebut Naufal menulis:
Bu Rida maaf abdi hilap bagean tubuh naon bae basa sundana jadi abdi aya nu make basa kasar
Naufal berhasil menyebutkan 6 anggota tubuh, yaitu : hulu , soca, beuteung, leungeun, pipi, sampean.
Tiga anggota tubuh disebut tidak tepat, yaitu jari (yang benar ramo), talapak sampean dan mulut. Dan satu bagian tidak diisi.

Pada bagian berikutnya ceritanya lain lagi:
B Jieun Kalimah tina lalandian di handap ieu:
Si rewog: jelemi anu tuangna loba pisan jeung badanna geude
Si paser: maaf abdi teu apal Bu
Cap jahe: setau abdi mah cap jahe teh merk kecap lamun teu salah
bodas ceuli : maaf abdi teu apal Bu




Waktu saya tanya kenapa menambahkan "surat" pada kertas ulangannya dengan penuh keyakinan Naufal menjawab "Biar ibu guru mengerti kalo Naufal lupa bahasa halusnya, tapi naufal tahu ko namanya, cuma lupa aja. Ntar kalo belajar lagi pasti inget, tapi nanti kalo sudah hafal banyak."

Mata Naufal berbinar terang, seterang harapnya bahwa di hari-hari mendatang sekolahnya tetap akan memberi ruang bagi Naufal untuk menjadi dirinya sendiri karena Bu Guru dan Pak Guru tahu kalau Naufal hanya lupa beberapa hal saja, tidak semuanya. Nanti juga akan ingat semuanya....:-D

Sabtu, 31 Juli 2010

Dua Belahan Jiwaku (ongoing note)

Gairahku bermuara pada binar matamu
selalu cemerlang menyambut pagi
karena hidup dalam gemgammu penuh warna pelangi
gempita di penitian tangga waktumu

Aku busur cinta di kelampauan
tempatmu bertolak jelajahi nyanyian semesta
temukan langgam lagumu sendiri
itulah irama pencapaianmu

Kamis, 15 Juli 2010

Sketsa-Sketsa Rinduku

Kerinduanku pada-Mu sungguh pedih dan perih... Aku lampus...hangus...

Sketsa Rindu I

kutitip rindu pada tetes hujan jatuh dipangkuanmu
menyublim dalam udaramu
kelu ambangkan hampa

kutitip cinta di udara yang kau hirup
merambat lemah di tubuhmu
raguku hempaskan tanya:
Sampaikah kita di ujung pencarian?

kutitip harap pada langit malam
setia dengan gelap abadinya
temukan, temukan aku dalam cinta dan penghidupan
Semoga...
(15-3-2010)

Sketsa Rindu II
Hasrat menderu bersama hujan di hulu sungai
gemuruh ke hilir umur
kikis waktu di bingkai sejarah kita
ragu menceruk kelam di sisa perjalanan
memeta luka pencarian di sekujur mimpi
cinta bertahan pada sepi keabadian zaman
padaku, padamu, pada kita
(18-3-2010)


Sketsa Rindu III

Apakah malam ini angin singgah di jendela waktumu?
Kabarkan kegelisahan daun yang tersapu di perjalanan
Menanti titik hujan bergayut di awan bimbang
Bergegaslah turun ke hamparan harap
di tanah merah ini
Sepotong hati tertinggal pada pengembaraan
sepinya waktu tanpamu
(11-4-2010)