Jumat, 22 Mei 2009

BELAJAR DI HIKMAH TELADAN?! YUUUK…..

Catatan Pembuka: Kesempatan Melakukan Refleksi

Pendidikan menjadi sebuah keniscayaan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan peradabannya. Namun pendidikan juga menggelisahkan terutama ketika capaiannya hanya diukur melalui angka-angka tertentu tanpa mempertimbangkan faktor lain yang dicapai dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. Kegelisahan ini membuat saya sebagai orang tua harus sangat selektif memilih sekolah tempat anak-anak saya belajar dan meningkatkan kapasitas dirinya agar kelak di kemudian hari mereka mampu menghadapi tantangan zaman dan tentunya selamat dunia akhirat. Kita sebagai orang tua hanya dapat memberikan “bekal” bagi anak-anak kita menempuh hidup di zamannya sendiri. SD Hikmah Teladan menjadi wahana pembekalan bagi kedua anak saya. Anak sulung saya sudah menyelesaikan pendidikannya di SD Hikmah Teladan, sekarang sudah duduk di bangku SMP kelas dua. Dia tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan memiliki kemampuan mengorganisir orang. Anak kedua saya saat ini masih sekolah di SD Hikmah Teladan kelas 3 Marwa. Dia sangat mencintai sekolah, sudah menemukan soulmate, serta mulai menemukan minat khususnya pada kegiatan menggambar dan dunia robotik. Bersama mereka saya sebagai orang tua juga ikut belajar dari kejutan-kejutan yang datang bersama proses pembelajaran mereka di SD Hikmah Teladan.

Tulisan ini merupakan refleksi atas pengalaman saya sebagai orang tua yang menyekolahkan anaknya di SD Hikmah Teladan. Pada awalnya tulisan ini dibuat untuk memenuhi permintaan teman-teman POM Kelas Tiga Marwa yang mendesak saya membuat tulisan tentang SD Hikmah Teladan dalam rangka kegiatan rutin khas Hikmah Teladan, yaitu Family Day. Namun, dalam proses penulisan tujuannya bergeser menjadi semacam memoar untuk berbagi pengalaman dengan orang tua yang lain. Mudah-mudahan dapat menjadi masukan bagi kita semua dalam proses mencari hikmah dan menjadi teladan satu sama lain.

Oase di Tengah Harap yang Hampir Kering

Ketika pertama kali mengikuti presentasi mengenai sekolah baru yang memiliki visi berbeda saya langsung tertarik. Sekolah baru itu menawarkan proses eksplorasi kemampuan anak pada aspek non-akademis. Ini adalah sebuah tawaran sangat menarik di tengah sistem pendidikan kita yang hanya berfokus pada ukuran akademis. Bagi saya indikator akademis bukanlah ukuran final keberhasilan pendidikan. Angka-angka akademis hanya mencerminkan capaian materialis, mementingkan hasil, dan mendorong orang menghalalkan segala cara untuk mencapainya. Apa yang ditawarkan sekolah baru ini menjadi sebuah alternatif menjanjikan. Visi berani gagal berani mencoba menjadi landasan proses eksplorasi anak-anak untuk mengenali potensi dirinya. Ini adalah manifestasi dari paradigma proses pendidikan yang berpihak pada anak. Visi tersebut menjadi alasan pertama saya memilih SD Hikmah Teladan sebagai tempat belajar bagi kedua anak saya.

Alasan kedua adalah filisofi dari nama SD Hikmah Teladan itu sendiri. Makna Hikmah Teladan bagi saya sangat dalam dan mewakili visi pendidikan berpihak pada anak serta menjadi gambaran bagaimana proses belajar akan dibangun di sekolah ini. Saya belum pernah mendiskusikan makna hikmah teladan dengan siapapun, termasuk dengan ayahnya anak-anak. Saya membiarkan pemaknaan ini menjadi harta karun milik saya sendiri hingga tulisan ini dibuat. Ada dua makna penting yang terkandung dalam nama sekolah kita, yaitu Hikmah dan Teladan. Hikmah berarti pembelajaran yang diperoleh dari proses interaksi kita dengan sesuatu baik yang kita alami sendiri maupun yang dialami orang lain. Hikmah menawarkan satu cara berpikir positif karena berpikir tentang hikmah hanya membuka ruang untuk menemukan pembelajaran dari kejadian atau peristiwa apapun yang kita ketahui. Kata hikmah juga bersifat dinamis karena hanya akan diperoleh melalui proses internalisasi dan refleksi diri. Hikmah adalah hal yang akan kita temukan dan harus kita temukan dalam proses interaksi anak-anak kita dengan orang-orang dewasa, dengan sesama anak-anak, dan dengan proses belajar yang dibangun di sekolah. Dampaknya, anak-anak, orang tua, dan semua tim di SD Hikmah Teladan akan berproses untuk menemukan makna-makna penting dari setiap proses yang terjadi selama bersekolah dan akhirnya akan berjalan selama hidupnya. Teladan berarti memberikan contoh yang baik. Artinya, sesuatu tidak hanya diserukan tetapi dihayati dan dipraktikan dalam kehidupan sehingga tercermin dalam ahlak keseharian. Dalam konteks dakwah, teladan merupakan perwujudan dari dakwah bil hal atau dakwah dengan perbuatan. Implikasinya, proses pembelajaran tidak hanya dibagun melalui sistem pengajaran tetapi juga dengan contoh nyata. Dengan demikian, hikmah teladan berarti pembelajaran yang diperoleh dari setiap kejadian bersekolah menjadi masukan penting bagi semua pihak untuk saling memberikan contoh.

Pemahaman atas visi dan makna dari nama sekolah tersebut memperkuat keyakinan saya untuk memilih SD Hikmah Teladan sebagai tempat anak-anak saya belajar. Kami kemudian bersama belajar menemukan hikmah dan menjadi teladan bagi setiap anggota keluarga. Tahun-tahun ketika anak sulung saya belajar di SD Hikmah Teladan merupakan tahun-tahun yang sangat dinamis. Sekolah, orang tua, dan anak-anak sama-sama belajar mengalami dan menerima perubahan dari sisem pembelajaran yang agak keluar dari mainstream saat itu. Perdebatan soal akademis dan non-akademis sangat kental mewarnai setiap pertemuan sekolah dengan orang tua. Harus diakui banyak di antara kami sebenarnya juga tengah bereksperimen untuk berani gagal dan berani mencoba sistem baru. Berani gagal dan berani mencoba keluar dari mainstream penggunaan indikator keberhasilan pendidikan dalam bentuk angka-angka kuantitatif. Belajar memaknai proses daripada hasil. Belajar mengambil risiko keluar dari kelaziman dan zona kenyamanan. Banyak sekali kejutan yang sangat luar biasa dengan perkembangan anak pertama saya. Sungguh saat itu saya mengalami sendiri pemaknaan hikmah dan teladan serta berani ambil resiko untuk gagal dan untuk mencoba. Saya yakin guru-guru dan semua pihak di sekolah juga mengalami hal yang sama.
Setelah anak sulung saya meneruskan pendidikannya di SMP, giliran anak kedua saya, Naufal, bersekolah di SD Hikmah Teladan. Bagi Naufal SD Hikmah Teladan adalah tempat pembebasannya dari belenggu pendidikan tradisional yang dialaminya ketika TK. Sekolah bukan hanya menjadi tempat mengeksplorasi diri tetapi juga menjadi rumah kedua baginya. Berbeda dengan masa di TK, masa di SD ini Naufal sangat suka sekolah, hanya dalam kondisi yang sangat terpaksa saja dia tidak sekolah. Aktivitasnya di kelas cukup dinamis. Bahkan pada tahun pertama, dia menjadi the most curious student, penghargaan ini benar-benar menjadi indikasi bahwa dia menikmati proses pembelajaran di sekolah.

Naufal mencintai guru dan mulai percaya bahwa tidak semua guru suka mengancam dan mempermalukan seperti di TK dulu. Naufal juga mencintai teman-temannya. Naufal mempunyai beberapa istilah kategori teman. Istilah pertama adalah teman, yaitu semua anak Hikmah Teladan mulai dari adik kelas dan kakak kelas. Rekan sekelas, satu jemputan ataupun satu permainan adalah teman. Dia sangat bangga mempunyai begitu banyak teman. Istilah kedua adalah sahabat, yaitu mereka yang memiliki kedekatan khusus. Beberapa di antara sahabatnya adalah Dim-dim, Lana, dan Dimas. Pada Dimas, Naufal memiliki kedekatan khusus karena Dimas berbeda “Kadang-kadang Dimas suka nangis, tapi dia tidak bermaksud begitu. Sebenarnya Dimas pinter banget lho. Kalo baca dia cepet banget. Dimas itu hebat, dalam satu menit bisa membaca 116 kata!” demikian komentarnya untuk Dimas. Istilah ketiga adalah soulmate, yaitu mereka yang memiliki kedekatan lebih khusus yang ditandai dengan kebersamaan yang lebih intens. Dalam bahasanya Naufal soulmate adalah “ teman yang spesial, kalo jajan bareng, kalo punya makanan dibagi, main bareng, pokoknya terus bareng”. Bersama soulmate Naufal berbagi apapun, mulai dari makanan, gambar, bahkan perhatian yang lebih. Sekarang ini ada dua orang yang diklaim menjadi soulmate-nya yaitu Maulana dan Faldi. Untuk keduanya Naufal mau berbagai apapun tanpa syarat. Beberapa sahabat khususnya, tengah menuju proses menjadi soulmate: ”Dim Dim dan Fadil sebentar lagi akan menjadi soulmate-ku” serunya bangga. Teman-teman, apapun posisinya, telah mengikat Naufal pada sekolah ini.
Ada satu benang merah tentang persepsi kedua anak saya terhadap teman-temannya.

Keduanya lebih sering melihat sisi positif dari temannya ketimbang sisi negatifnya. Pada kasus tertentu terjadi juga penilaian yang negatif tetapi hal itu hanya terjadi pada kasus yang sangat ekstrim berkaitan dengan perilaku kekerasan. Selebihnya hanya sisi positif yang diingat tentang temannya. Tentunya ini merupakan hasil dari sistem yang dibangun di SD Hikmah Teladan. Cara ini harus terus dipelihara dan dipertahankan.

Dalam situasi yang membebaskan, Naufal bisa belajar hal-hal akademis dengan sangat santai dan tanpa beban. Materi-materi belajar dapat dituntaskan sesuai kemampuannya tanpa paksaan. Dia betul-betul menikmati prosesnya. Begitu ringannya Naufal belajar, sampai-sampai dia tidak menyadari waktu-waktu ulangan atau ujian semesteran. Baginya semua waktu sama saja, ulangan atau tidak, ada tes atau tidak semuanya menyenangkan. Hasil-hasil ulangan, tidak terlalu menjadi perhatiannya. Angka-angka belum memiliki makna berharga bagi Naufal. Proses dan interaksi dengan guru dan teman-temannya lah yang menjadi aset penting baginya. Saya berharap hal ini akan terus berkembang lebih baik seiring pertambahan umurnya.

Satu perbedaan yang paling menonjol pada masa sekolah anak-anak adalah ikatan di antara orang tua murid. Pada Saat ini, saya merasakan ikatan dengan orang tua murid lebih kuat dibandingkan dulu. Tidak hanya anak-anak, kami juga sekarang ini kompak membangun kerja sama di antara orang tua murid, khususnya kelas Marwa. Sekarang kami juga menjadi lebih kritis dibandingkan dulu. Saat ini kami tengah melakukan uji coba dan berani ambil resiko untuk mengatasi beberapa masalah yang tidak bisa ditangani dengan baik oleh sekolah. Salah satunya adalah soal catering. Kami berani ambil risiko untuk mengelola catering kelas sendiri, setelah mempertimbangkan keluhan anak-anak atas kualitas dan variasi makanan dari sekolah. Ujicoba ini memang menimbulkan ketidaknyamanan di antara kami sebagai orang tua dan sekolah. Namun, komunikasi dan optimisme terus dibangun sehingga ke depan diharapkan ketidaknyamanan ini akan hilang. Satu hal yang harus dipahami bersama, perubahan memang menimbulkan kegelisahan, terutama ketika di antara kita ada yang tidak siap untuk berubah. Seperti yang diajarkan oleh SD Hikmah Teladan, untuk kasus catering, kami berani mencoba, kami berani menjalani ketidaknyamanan, dan kami berani berubah. Menurut hemat saya, hasil positif sudah dicapai. Sejak mengelola catering secara mandiri tidak pernah lagi ada cerita “aku gak makan di sekolah” atau “makanannya basi” atau “bosen makan” atau ”aku ga suka sayur”. Bahkan Naufal yang tidak suka ikan asin, dengan serunya bercerita betapa nikmatnya nasi pepes dicampur ikan-ikan yang sangat mungil (maksudnya ikan teri). Sungguh satu perubahan yang sangat positif. Mudah-mudahan kondisi ini terus berjalan dan senantiasa mendapat dukungan dari semua pihak.
Apa yang membuat anak-anak begitu antusias dengan makan siangnya? Yang saya ketahui, bukan dari komposisi menunya yang super mewah karena menu yang disantap anak-anak adalah menu rumahan. Bedanya, anak-anak dilibatkan dalam urusan makan. Pengelola catering selalu bertanya pada anak-anak ”makanan hari ini enak ga?” atau ”besok mau dimasakin apa?” tidak hanya sampai di situ, pengelola catering juga melakukan pemantauan siapa saja yang tidak menghabiskan makananya. Segera pengelola akan kontak ibunya dan minta bantuan untuk mendapatkan informasi tentang jenis makanan yang disukai anaknya. Pendekatan ini membuat anak-anak merasa diperlakukan sebagai orang penting, kebutuhannya didengar, dapat mengambil keputusan, dan belajar bertanggung jawab atas usulannya dengan menghabiskan makana siangnya. Hasilnya sangat efektif, anak-anak menikmati makan siangnya dengan sukacita. Ini sesungguhnya pembelajaran penting dari uji coba kami keberanian ambil risiko mengelola catering sendiri.

Penggalan pengalaman ini menyadarkan saya untuk selalu memegang visi dan prinsip dalam pemaknaan pendidikan di SD Hikmah Teladan, yaitu berani mencoba dan mencari hikmah untuk menjadi teladan. Prosesnya tidak mudah, dapat menimbulkan ketidaknyamanan, bahkan mungkin salah paham, tetapi itu adalah tahapan alamiah yang mengantarkan kita pada kedewasaan. SD Hikmah Teladan tidak hanya menjadi arena belajar bagi anak-anak kita tetapi juga sesungguhnya menjadi arena belajar bagi kita sendiri sebagai orang tua. Bahkan menjadi sebuah oase tempat kita menimba ilmu dari Sang Pemilik Kehidupan.

Tantangan Yang Menghadang dan Catatan Pembelajaran

Sistem pendidikan yang berpihak pada anak sudah menjadi paradigma yang diterima luas oleh kalangan praktisi pendidikan maupun orang tua. Home schooling misalnya, menjadi salah satu bukti diterimanya paradigm ini dalam proses pendidikan untuk anak-anak. Kondisi ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi sekolah-sekolah yang sejenis dengan SD Himah Teladan. Peluang yang muncul dari perkembangan paradigma ini di antaranya pertama, peluang SD Hikmah Teladan untuk melakukan inovasi dan uji coba metode, teknik, dan pendekatan dalam sistem belajar mengajar lebih terbuka. Kebijakan sistem pendidikan saat ini juga relatif lebih responsif terhadap perubahan zaman sehingga hambatan-hambatan teknis dan politis untuk berinovasi dapat diminimalkan. Kedua, perkembangan sosial yang terjadi saat ini menggeser kebutuhan penylenggaraan pendidikan kearah yang lebih responsif terhadap perkembangan zaman. Sekolah-sekolah alternatif sejenis SD Hikmah Teladan menjadi kebutuhan dasar. Artinya, keberadaan sekolah sejenis SD Hikmah Teladan akan mendapat dukungan yang lebih luas lagi. Potensi SD Hikmah Teladan untuk berkembang menjadi lebih besar.
Namun demikian, tantangan untuk mempertahankan inovasi juga cukup berat. Seluruh sistem di sekolah harus siap dengan perubahan zaman. Terutama harus siap dengan konsekuensi atas pilihan visi dan prinsip yang dikembangkan di SD Hikmah Teladan sendiri. Paling tidak ada tiga tantangan yang dihadapi Hikmah Teladan sebagai institusi pendidikan alternative. Pertama tantangan yang dihadapi guru sebagai ujung tombak kegiatan di sekolah. Permasalahan guru bukan hanya berkaitan dengan kapasitas dan integrasi dalam penyelenggaraan sistem pendidikan tetapi juga berkaitan dengan aspek kesejahteraan yang sangat krusial. Berkaitan dengan kapasitas dan integrasi, guru ditantang untuk selalu mengetahui perkembangan terkini di dunia pendidikan. Hal ini mensyaratkan sikap proaktif guru terhadap perkembangan metode, teknik, dan pendekatan dalam sistem pembelajaran yang berpihak pada anak. Akses terhadap informasi, kemampuan membaca banyak buku, aktif dalam learing and sharing grup, mengembangkan jaringan merupakan aktivitas yang harus dilakukan guru untuk memelihara spirit berinovasi dan tetap kreatif. Tentu saja hal ini sangat berat dilakukan di tengah kesibukan mengajar di sekolah.

Pada kasus anak saya saat ini, inovasi-inovasi yang dilakukan SD Hikmah Teladan terasa tidak se-dahsyat dulu pada masa anak sulung saya sekolah. Mungkin karena sekarang kami sudah beradaptasi dengan sistem yang dibangun di SD Hikmah Teladan, sehingga hikmah-hikmah yang kami dapat tidak se-menakjubkan dulu. Temuan-temuan anak saya di sekolah menjadi sesuatu yang terlalu biasa dan rutinitas. Saya menerima apapun yang terjadi di sekolah saat ini. Bahkan ketika tugas-tugas akhir pekan mulai menghilang saya menganggapnya sebagai tahapan yang memang harus dilalui. Wisata buku yang dulu sangat menarik kini menjadi rutinitas, termasuk Family Day yang tadinya ditunggu mulai menjadi rutinitas dan kehilangan gregetnya. Kondisi ini mungkin berbeda bagi orang tua yang baru menyekolahkan anak-anaknya di Hikmah Teladan. Ide mengenai proyek kelas cukup menarik untuk terus dikembangkan, tetapi harus dikelola dengan lebih komunikatif. Dibutuhkan berbagai inovasi untuk menghadirkan pengalaman yang dahsyat.

Kinerja guru sebagai ujung tombak di sekolah sangat berkaitan dengan tingkat kesejahteraan yang mereka dapatkan. Bagaimanapun kita tidak bisa menutup mata kesejahteraan memiliki korelasi penting dalam mempertahankan performa kerja. Tanpa bermaksud membuka konfrontasi, saya ingin memberikan emphasis bahwa guru di SD Hikmah Teladan berhak mendapatkan kesejahteraan yang memadai. Ketika dunia pendidikan formal saat ini sudah mulai mengangkat nasib guru, maka SD Hikmah Teladan seharusnya lebih dulu mengangkat hal ini. Persoalan kesejahteraan harus dikembalikan kepada visi dan makna hikmah dan teladan. Institusi Hikmah Teladan harus berani berinovasi dan memberikan teladan untuk memberikan prioritas pada isu kesejahteraan guru. Pada sisi lain, guru juga harus memiliki kekuatan bargaining untuk mendapatkan haknya.

Tantangan kedua dari sisi manajemen pendidikan di SD Hikmah Teladan. Visi berani mencoba dan makan mencari hikmah untuk menjadi teladan harus dipraktekkan dalam sistem manajemen sekolah. Manajemen dituntut untuk senantiasa menciptakan lingkungan yang kondusif bagi terjadinya inovasi dan kreativitas dalam proses belajar mengajar. Pengembangan sumber daya manusia dan fisik harus seimbang. Tantangan terbesar dari manajemen sekolah sejenis SD Hikmah Teladan adalah mempertahankan diri supaya tidak terjebak dalam pusaran komersialisasi pendidikan. Bagaimanapun penyelenggaraan sistem pendidikan alternatif membutuhkan biaya khusus yang berbeda dengan kebutuhan pada sistem pendidikan yang umum. Namun demikian, perhitungan biaya pendidikan hendaknya diletakkan di atas prinsip keberpihakan pada kepentingan idiologi alternatif bukan pada akumulasi keuntungan. Pembiayaan juga harus memperhitungkan kesetimbangan antara pengembangan fisik dan pengelolaan sumber daya manusia sebagai ujung tombak penyelenggaraan sistem pendidikan. Apabila hal ini tidak dapat dilalui, maka SD Hikmah Teladan akan terjebak menjadi sekolah komersil bukan sekolah alternatif lagi. Kembali hal ini tidak mudah dijalankan namun saya percaya bila kembali pada visi dan makna hikmah dna teladan maka akan lebih mudah melakukannya.

Tantangan ketiga, dari pihak orang tua murid. Penyelenggaraan pendidikan model Hikmah Teladan membutuhkan dukungan intensif dari orang tua murid. Proses yang terjadi di sekolah tidak akan bertahan lama jika tidak diteruskan di rumah. Orang tua murid harus memahami prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan pendidikan di Hikmah Teladan agar dapat mengadopsinya di tingkat rumah tangga. Pengalaman pada kedua anak saya menunjukkan bahwa kita tidak bisa lepas tangan terhadap proses yang terjadi di sekolah. Situasi yang terjadi di sekolah sangat memungkinkan individualitas berkembang jauh di SD Hikmah Teladan. Visi berani mencoba membuka pintu individualitas. Pada kasus kedua anak saya, sistem ini menghasilkan dua titik ekstrim yaitu bila anak kita kuat personalitinya, maka dia akan menjadi pelaku bagi berbagai kejutan positif maupun negatif. Namun bila lemah personalitinya maka dia akan menjadi korban dari kekuatan teman-temannya. Kedua anak saya pernah menjadi korban dan pernah menjadi pelaku. Naufal pernah menjadi korban smack down kawannya selama beberapa bulan. Sekarang Naufal mulai melawan tindakan kekerasan yang etrjadi pada dirinya. Kondisi ini harus dikelola dengan bijaksana agar dampak negatifnya dapat diminimalkan.

Hal lain adalah daya kritis harus tetap terpelihara agar kita bisa tumbuh bersama anak-anak kita yang dibesarkan dalam sistem yang cukup kritis. Tanpa kita sadari, anak-anak sebenarnya juga memberikan pelajaran berharga tentang hidup, tentang cinta, tentang kebahagiaan, dan kesadaran lingkungan. SD Hikmah Teladan memungkinkan anak-anak maju pesat seperti anak panah kehidupan kita hanyalah busur yang mendorong perjalanan mereka (mengutip Khalil Gibran). Sekolah hanya satu titik untuk menanamkan kekuatan pada anak-anak, titik lainnya adalah rumah dan pola pengasuhan kita.

Catatan Penutup

Pengalaman menyekolahkan dua anak di SD Hikmah Teladan menjadi proses pembelajaran tersendiri bagi saya dan keluarga. Saya merasakan tumbuh bersama kedua anak saya dalam sistem yang ditawarkan di SD Hikmah Teladan. Keberanian untuk mencoba dan mencari hikmah untuk menjadi teladan ternyata tidak hanya berlaku pada anak-anak tetapi juga berlaku pada orang tua, guru, manajemen, dan semua pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan di Hikmah Teladan. Institusi Hikmah Teladan memberikan ruang eksplorasi yang begitu luas bagi kita semua dan memungkinkan kebebasan ekspresi. Kebebasan ini yang saya dapatkan selama berinteraksi dengan pihak sekolah. Kebebasan ini pula yang membuat saya bersedia membuat refleksi ini dengan satu semangat bahwa semua orang akan memandang positif atas ekspresi saya ini.

Penghargaan terbesar saya sampaikan pada guru-guru di Hikmah Teladan yang memberikan seluruh integritasnya pada anak-anak. Para guru tidak hanya menjalankan pekerjaan sebagai pengajar tetapi juga memberikan cintanya pada anak-anak. Dari guru-gurulah anak-anak mendapatkan teladan untuk saling menghargai, menghormati, mencintai dan mengasihi satu sama lain. Anak-anak merasa dicintai dan dibutuhkan. Hal ini menimbulkan suasana positif bagi perkembangan anak-anak. Saya yakin anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang mencintainya akan tumbuh menjadi manusia yang memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dengan teladan akan memberikan teladan juga ketika dia dewasa. Campur tangan kita sebagai orang tua murid akan menggenapkan proses yang mereka alami.

Pengalaman paling berharga lainnya yang diperoleh dari Hikmah Teladan adalah keleluasaan dan pembebasan saya untuk melakukan refleksi seperti ini. Saya tidak ragu menemukenali kekurangan atau tantangan yang ada di SD Hikmah Teladan dan mengungkapkannya. Sekaligus saya tidak jumawa pula dengan capaian-capaian yang sudah berhasil diraih anak-anak selama sekolah. Saya memiliki optimisme dan kebebasan berpikir ala Hikmah Teladan, saya tidak ragu untuk meneruskan proses belajar di Hikmah Teladan secara kritis. Saya yakin setiap hari kita bisa menemukan hikmah dan kita bisa menjadi teladan paling tidak untuk naak-anak kita sendiri. Refleksi ini hanya penggalan pengalaman dan pemahaman, sangat parsial, tidak sistematis, bersifat otoktritik, dan sangat subjektif. Jangan risau bila ada yang tidak sesuai dan jangan cepat puas bila ternyata menggembirakan. Mudah-mudahan ada manfaatnya. Jadi, belajar di Hikmah Teladan?! Yuuuk.....!

Dan guru-guru berjalan di antara muridnya,
tiada memindahkan kebijkasanaan
Tetapi membenihkan keyakinan dan kasih sayang
Menuntunmu ke pintu gerbang penalaran
Pengertian tentang Tuhan dan seluruh alam
(Khalil Gibran)


Cimahi, 15 April 2009

Rindu

ku menunggumu dalam diamku yang menggelisahkan
tak dapatkan kau singgah sejenak pada dinding waktuku
karena rindu ini tak pernah menepi