Minggu, 17 Maret 2013

SKETSA-SKETSA RINDUKU

SKETSA RINDU V 
(ketika asing menyergap hari yang begitu terang)

mencarimu dibelantara huruf dan kata
tak kukenali lagi langgam dan larik lagumu
pun nyanyi rindu mengapung senyap dalam genggam hening
siapa berlari begitu jauh menepis lalu
siapa tak hendak beranjak dari pahatan waktu
masihkan makna bertaut padaku, padamu, pada kenisbian
kita mencarimu di antara warna pelangi
tak kutemukan serpih biru dan jinggamu
lara membilur pada merah bayangmu
siapa menjelma emas cahaya pagi siapa mengikat diri di gelap malam
adakah ragu membebat harap tiba padaku, padamu, pada sudut sepi kita
sungguh aku terasing darimu dik, karena engkau tidak pernah menemukanku!
(diposting pertamakali dalam status, 21 Jan-2013)  

SKETSA RINDU IV

Gairahku bermuara pada binar matamu
selalu cemerlang menyambut pagi
karena hidup dalam gemgammu penuh warna pelangi
gempita di penitian tangga waktumu
Aku busur cinta di kelampauan
tempatmu bertolak jelajahi nyanyian semesta
temukan langgam lagumu sendiri
itulah irama pencapaianmu
(Sunday, July 17, 2011 at 6:40am)

Sabtu, 14 Januari 2012

Just For You

By Richard Cocciante

I can’t stay now and just wait how my hands grow so impatient
Many things I’ve got to do now for the first rays of the morning
Though she dream in peacefull chamber , sleep to me just doesn’t come
When she wake I’ll try to tell her everything I have to say
And the night so dark inside me, makes me finally understand
With the love that she has given, she can light the sky forever
It’s the way she came so freely, it’s the way she takes my hands
I’ll just ask the sun shine brightly got to see her smile again

Then I’ll sing the song I’ve written and I’ll make the whole world listen
In the silence just for you like no one has ever heard
And I’ll wake up all the lovers and I’ll keep them there for hours
And we’ll do the things we’ve wanted the way that lovers do
And we’ll run into the street and we’ll start to dance like crazy
Cause she want only to feel joy in the love she give and need

And we’ll take it as colors and we’ll paint the street and building
Rainbow colors everyone those she wants colors to sing
And we play full filled with flowers make this street alive with spring
Make a place where lovers go fly away that’s lovers know
Then we’ll fly into the sky and we’ll choose with two stars
And our stars will tell to the whole world the love we have , we are

The love we share is sweet, the love we’ve now is real
That love is not the dream, but last the love than long
Because your love and mine be give without dreaming all we need
And the love that we have given return to us to win
Cos your love for me is not beginning and the end
Your love and mine, this love, for me, forever.

Sabtu, 07 Januari 2012

Laporan Azmi

Semua anggota Lensa Remaja wajib membuat laporan dari setiap kegiatan yang sudah dilakukannya. Tulisan yang mereka buat di-upload di webnya masing-masing supaya mudah diakses. Tautan web mereka ada di blog ini. Bagi yang belum memiliki web, wajib mengirimkan tulisannya kepada saya dan akan dibantu dimuatkan pada blog saya. Kelak kalau website Lensa Remaja sudah dibangun semua tulisan anak-anak akan dimuat di sana. Berikut adalah tulisan Azmi, kelas 9 dan Risya kelas XI.

TULISAN AZMI, TANPA JUDUL
saya akan menceritakan liburan saya yang unik bersama lensa remaja , penasaran? yu kita langsung saja berpetualang .

- Dua hari sebelum pemberangkatan -
hari ini hari sabtu sekarang kita akan rapat untuk terakhir kalinya karena besok anak LR akan di liburkan , rapat berlangsung di sd Hikmah Teladan dan keadaan cukup mencekam sambil tertawa (lho?) . hari ini kita ngebahas soal materi , jadwal perjalanan , pembagian kelompok , dan memastikan apa yang harus di bawa nanti kesana dan rapat ini cukup menguras tenaga dan fikiran sempet juga beberapa kali berdebat dengan alotnya .

- Hari pertama -
jam 10 kita berkumpul di depan cimahi mall dan seperti biasa saya ngaret dan seperti biasa pula rifki marah-marah karena saya ngaret . seketika itu saya langsung mengudara menuju cimahi mall (walaupun naik ojek) , sleb baru sampe cimahi mall udah ada lautan orang yang nunggu bis budiman ga kebayang gimana ceritanya mana kita bis naik bis sedangkan 9 orang dan mayoritas perempuan . akhirnya setelah debat sama bu diana kita memutuskan manyewa APV saja karena keadaan tidak mendukung dan katanya bus budimanya kejebak macet jadi tidak diketahui kapan bakal sampai di cimahinya. setelah menunggu satu jam akhirnya mobil yang akan mengantarkan kita datang dan kitapun berangkat. singkat cerita perjalan 3 setenagh jam yang melelahkan akhirnya kita sampai di rumah kakanya pa arifin , and finaly time to rest and take a bath karena kita sangat lelah dan berkeringat

-Hari kedua-
jam 4 subuh saya di bangunkan dari mimpi indah saatnya bersiap-siap dan mandi tapi sayang seribu sayang waktu tapi tak apa ga mandi juga tetep ganteng ko . jam 6 kita pergi menggukan kolbak yang sebenarnya untuk hewan kurban , 1 jam perjalanan di jalan mulus dan seksi ditambah 1 jam perjalanan di jalan jelek dan tidak beraspal kita sampai di cieceng karena keterlambatan ada beberapa acara yang di skip . saya , rifki dan naufal langsung ke kelas 6 sd , kita dikenalin sama kepala sekolah sd dan itu sangat menegangkan tapi semuanya berjajalan lancar . peralajaran pertama kita TO b. indonesia dan alhamdulillah berjalan lancar , habis itu kita barmain game , game nya adalah kita harus gulungan kertas ke siapa saja dan yang mendapatkan kertas itu harus memperkenalkan diri , cita-cita dan motivasinya game ini juga berjalan lancar . setelah itu kita TO ipa dan matematika dan terakhir pembahasan kilat semua lancar kecuali pembahsa yang aka kacau . karena sudah sore kita selesaikan hari ini dan kita pun beristirahat .

-hari ketiga-
hari ini kita hanya akan beramain game karena sudah tidak ada try out dan pembahasan . game pertama yaitu game balap perahu , cara kerjanya kita berikan dua lembar katon yang lumain besar , jadi para pemain harus menuju ke garis finish dengan cara berpinda dari katon satu ke karton lainya . kalau terjatuh harus memulai dari start awal dan pemenangnya adalah tim indra . game kedua adalah game survival , jadi satu tim itu berdiri di sebuah karton meraka harus bisa berdiri selama 30 detik dengan di ganggu oleh kita dan jika berhasil kertas akan di bagi dua dan seterusnya . tim yang menang adalah tim dede berhasil bertahan di lipatan ke tiga selama 20 detik . acara terakhir kita meminta mereka mebuat kesan-kesan , saran dan kritik setelah dua hari di ajari oleh kita , dan ada satu yang membuat idung saya hampir terbang karenanya , ini beberapa yang akan saya perlihatkan maaf tidak bisa semuanya karena terlalu banyak , pokonya termia kasih buat ade-ade disana wis you all teh best , semoga sukses dan sekali lagi terima kasih :-)

dari popon
saya merasa senang dengan adanya ka azmi , ripki , dan ka noval , saya mau berterima kasis kepada semuanya jauh-jauh darii bandung untuk mengajar kita , pelajarang/permainan yang kaka kasih terima kasih . terutama mengajar try out semoga ujian nanti kita bisa lulus . . .
tolong do'akan kamu yah. . . .
dan ka ajmi sa'at mengajar kami begitu pintar banget , saya baru lihat kelas 3 smp sudah begitu pintar . . .
ka azmi dan yang lainya semoga cita-cita kaka bisa terkabul oleh Allah . . . amin
ka semoga nanti kaka bisa mengajar kami lagi . . . nah . . . satu lagi ada kekuranganya dari kakak-kakak semua kenapa engga memeperhatikan cewenya padahal cewe juga pengen di hargai , tapi segitu juga terima kasih yang sebesarbesarnya. . . . .

dari dede
kemarin aku seneng banget di ajarin sama kakak-kakak . tapi saynagnya hanya sebentar . aku itu suka banget sama panitianya kemarin waktu try out . sama kakak-kakak suma terimakasih ka sudah mengajari aku dalam permainan aku suka banget permainanya karena aku belum pernah main permainanya . ka terima kasis sudah ajak aku main dan mendapatkan ilmu yang banytak dan bermanfaat .
wasalamu'alaikum wr . wb .
terima kasih kaka semua .


TULISAN RISYA
Trip to Cieceng
By Risya
Dear guys, Aku kira liburan semester ganjil kali ini akan sama saja seperti liburan-liburan lalu. Yap, membosankan. Hanya berdiam diri dirumah nonton tv atau melakukan aktifitas yang bener-bener ngebosenin. Tapi, suatu hari Zahrah temen sekelasku ngajakin untuk liburan bareng awalnya sih kita mau ikut tawaran tour dari sekolah ke bali atau ke jogja. Tapi kita berubah pikiran, zaza nyeritain tentang liburannya dengan anak-anak Lensa Remaja ke cipatujah yang berbeda tapi asik. Lalu, akupun tertarik untuk ikut ke perjalanan selanjutnya karena zaza bilang “pantainya keren banget” .tapi, liburan kali ini mereka ngga lagi pergi ke cipatujah tapi kedaerah cieceng ditasikmalya untuk membantu siswa siswi disana menghadapi UN. Walaupun engga jadi ke pantai yang aku harapin, tapi i believe it’s gonna be fun .Setelah hari sabtunya kita diskusi tentang kegiatan dan buat soal, hari senin nya kita langsung berangkat ketempat yang dituju. Mau tau ceritaku selama disana?
Here We Go!!!!

Senin, 26 desember2011
Kita sepakat berangkat pake bis budiman. So, kita janjian di cimall tepat jam 10 untuk naik bis. Sesampainya disana, banyak bangeeeet orang berkerumunan kayanya sih nunggu bis ke tasik.perasaan aku mengatakan kayanya kita ngga akan kebagian tiket deh,dan ternyata bener aja. Petugas budiman nya pun gatau bisnya dateng jam berapa, dan kalaupun ada kita harus rebutan tempat duduk atau terancam berdiri sampe tasik. Akhirnya, kita memutuskan untuk nyewa mobil. Sambil nunggu mobil sewaan dateng, kita makan siang dulu di kfc, dan beberapa saat kemudian dari kejauhan kita melihat bis itu datang, belum juga sampe cimall bis itu udah disesaki oleh para penumpang. Untuuung aja kita udah nyewa mobil .
Setelah selesai makan, mobilnya pun dateng dan kita langsung berpamitan sama para orang tua. Kita pun langsung berangkat menuju tasik sekitar jam setengah satu siang pake mobil AVP. Jumlah kita semua total ada 9 orang. Awalnya suasana di mobil biasa saja walaupun duduknya rada berdesakan, syukurlah jalanan pun lancar tanpa macet. Aku kira macet ngga akan ngenganggu perjalanan kita sampe tasik. But, di tengah perjalanan, aku ngga tau nama daerahnya, yaampyuuun macet banget. Didalam mobil sang ac pun ngga dingin, hanya terasa sesaat aja. Anak-anak yang duduk di kursi belakang merasa kepanasan dan meminta jendelanya dibuka. Awalnya sih pas dijalan ngga terlalu macet, angin sepoi-sepoi yang datang dari jendela terasa segar melebihi AC. Tapi, pas udah masuk daerah macet tadi, oh m g it’s reallllly hoooot!!!!! Serasa berdiam diri disebelah oven gitu deh. Tapi macet itupun tidak berlangsung lama. Di daerah nagrek, jalanan udah ngga macet lagi.
Kita sampai ditasik sekitar pukul setengah 5 sore. Dan beristirahat di rumah uwa nya adry sebelum melakukan perjalanan lagi keesokan harinya.

Selasa, 27 desember 2011
Di jadwal yang kita buat sih hari ini kita harus bangun jam 4 pagi dan langsung bersiap untuk pergi ke cieceng. Tapi tidurku semalam ngga nyenyak, jadi aku udah bangun jam setengah 3 pagi dan menunggu temen-temen sekamarku bangun lalu langsung mandi dan sholat shubuh jam 4 kurang. After that, kita sudah siap dan tinggal menunggu mobil datang. Kita berangkat sekitar jam 5 atau setengah 6-an menuju cieceng menggunakan future limousine, yaitu mobil pick up atau mungkin lebih dikenal mobil kol bak. Suasana pagi yang amat segar terasa sampai angin pagi yang cukup besar menyibak rambutku berulang kali yang membuatku seperti membintangi iklan shampoo di tv. Perjalanan memakan waktu kira 4 jam menuju cieceng melewati 2 jenis jalanan, jalanan biasa aja ( jalanan bagus) dan jalanan yang oh-so romantic karena kita harus saling berpegangan bila melewatinya. Kita juga melewati sebuah jembatan kecil yang cukup menyeramkan untuk dilewati.
Sesampainya di cieceng sekitar pukul 9 pagi, kita beristirahat sejenak di rumah salah satu warga yang tepat berada di sekolah yang akan kita kunjungi. Setelah beberapa saat kita pun siap untuk melakukan tujuan kita. Sebelumnya kita sudah membagi kelompok. Di SD ada azmi, rifki, dan naufal. Di SMP ada faika, aku, dan zaza yang sudah siap to rock the class. Di SMA ada adry, ka irsal, dan alfi.
Saat memasuki kelas, pertama tama kami memberi salam kepada anak anak yang sudah duduk manis mengunggu kita. Jujur saja aku sangat terkejut dengan keadaan kelas mereka yang serba apa adanya sampai-sampai mereka pun duduk hanya dengan beralaskan lantai yang dingin dan sangat minim fasilitas. Akupun terdiam sejenak dan mulai berpikir bahwa aku harus bisa lebih mensyukuri apa yang selama ini diberikan padaku. Mereka tampak rajin dan bersemangat belajar walaupun kurang fasilitas. Sementara aku? Yang selalu diberi banyak fasilitas yang memadai malah menjadi malas dan menganggap enteng pelajaran. Back to the story, Setelah itu kami memperkenalkan diri dan mulai membagikan soal try out yang dimulai dengan pelajaran MATEMATIKA dilanjut dengan B. INDONESIA, IPA, dan terakhir B. INGGRIS. Tapi sayangnya, hasil test mereka tidak cukup memuaskan. Setelah semua selesai kita memulai “potret diri” dan beberapa games. Kita sempet bingung harus ngapain pada saat itu dan akhirnya menyuruh mereka untuk istirahat dan kembali lagi ke kelas pukul 1 siang.
Disaat istirahat berlansung aku, zaza, dan alfi ngantuk banget dan setelah ngobrol sebentar, kita tidur di kelas dimana aku mengajar. Cape karena perjalanan yang jauh terasa banget yang akhirnya menimbulkan tidur yang nyeyak selama waktu istirahat.
Setelah waktu menunjukan pukul satu siang anak-anak pun kembali berkumpul diruang kelas. Dan kita langsung memulai pembahasan soal. Disini mengajarkan aku untuk lebih menghargai orang lain, contohnya saja menganggap remeh omongan guru guru yang telah bersusah payah mengajarkan kita. tapi disini mereka berusaha untuk betul-betul menghargaiku dan teman-temanku walaupun mereka tampak lelah.
Pertama zahra membahas soal matematika dilanjutkan dengan faik yang membahas soal ipa biologi dan fisikanya di bahas olehku. Lalu dilanjutkan lagi pembahasan soal b. indonesia oleh faika. Di pembahasan soal keempat yaitu b.inggris yang kembali dibahas olehku, tampak jelas keletihan yang ada di mata para siswa dan siswi. Akhirnya pembahasan pun dipercepat dan mereka meminta pulang. Sebelum mereka pulang kami mengajak mereka untuk pergi ke curug esok hari.
Kamipun akhirnya beristirahat di rumah warga. Aku, alfi, dan zaza beristirahat di rumah teh ihah untuk mandi, shalat, dan makan. Setelah itu kami menyusul yang lainnya yang berada di rumah kepala sekolah. Pada malam harinya,kami berkumpul dikediaman kang usep dan guru lainnya selagi menunggu para pelajar SMA. tim SMA kembali membahas soal di rumah kepala sekolah.aku benar-benar terkesan pada mereka, biarpun udah larut malem tapi mereka masih ingin belajar. Sementara itu aku dan lainnya mengobrol dengan para warga. Malam begitu cepat berlalu, saking asiknya kita berbincang tidak terasa waktu telah menunjukan pukul 11 malam. Mataku terasa seperti lampu yang udah tinggal 5 watt dan sebentar lagi redup, well I’m so sleepy.padahal aku masih ingin berkumpul dengan mereka. Akhirnya kang usep menyuruhku dan zaza tidur di salah satu kamar. Sementara yang lain masih asik dengan kegiatan mereka diluar sana.

Rabu, 28 desember 2011
Sekitar pukul 5 pagi, kang usep membangunkan kami. Setelah shalat shubuh kita kembali ke rumah teh ihah untuk mandi. Ketika keluar dari rumah kepala sekolah aku melihat jalanan disekitar rumah basah, mungkin karena hujan di waktu shubuh kali ya. jalanan nya sangatlah licin dan berliku-liku itulah yang menjadi sebab adanya prinsip antara aku dan zaza, yaitu kita akan berpegangan sepanjang jalan, jika salah satu dari kami jatuh maka kami berdua akan jatuh bersamaan :D. On my way to rumah teh ihah, belum terlalu jauh sih dari rumah kepala sekolah, prinsip itupun terjadi karena kondisi jalan juga sendal aku dan zaza yang sangat licin. Kami ngga hanya berdua loooh sekarang karenaaa alfi pun ikut jatoh dan membuat baju kami kotor. Galau pun sempat melanda karena the one and the only celanaku kotor banget sekarang.
Sesampainya di rumah teh ihah, akupun lansung mandi dan mencuci bagian celana yang kotor. Lalu aku, alfi, dan zaza makan pagi. Then, karena terlalu lama menunggu yang lainnya yang masih dirumah kepala sekolah, kami pun akhirnya terlelap tiduuuur LAGI dan menjelma kembali menjadi sleeping beauty.
Singkat cerita, kami kembali ke sekolah. Dan memberi tau mereka bahwa kami tidak jadi ke curug karena beberapa hal. Aku, faik, dan zaza benar-benar engga tau harus melakukan apa saat itu dikelas, we’re stuck. Tapi akhirnya kami memutuskan untuk membuat dua kelompok yaitu kelompok laki-laki yang dibimbing oleh faik dan kelompok perempuan yang dipegang oleh zaza dan aku. Kami bertukar cerita dan pengalaman. Mereka bercerita tentang aktifitas mereka sampai keadaan sekolah mereka.setelah bercerita satu sama lain, aku sangatlah kagum pada perjuangan mereka. they’re such amazing people for me. Di hari kedua di cieceng ini lebih terasa kedekatan kita dibanding hari pertama. Kami juga memberi mereka games- games kecil yang berisi pelajaran yang menurut mereka susah yaitu bahasa inggris. Kami juga membagikan hadiah-hadiah yang telah kami siapkan sebelumnya.
Honestly, aku masih pengen banget ngelanjutin semua aktifitas itu selama beberapa hari kedepan. Pengen ngebuat mereka pinter bhs inggris, memberi motivasi lagi buat mereka, membuat mereka lebih percaya diri, dan banyak lagi lainnya. Tapi waktu yang terbatas akhirnya memisahkan kami.
Setelah semua kegiatan selesai, kami serta guru-guru dan juga kang usep melakukan evaluasi. Dimana kita mengungkapkan kesan dan pesan kita. Setelah itu kami membereskan barang-barang kita dan kembali ke rumah kepala sekolah yang telah mempersiapkan makanan lezat for our lunch. Kami makan apa adanya dengan telur dan beberapa lauk lainnya, walaupun apa adanya semua makanan itu yuuummy banget. Apalagi telur dadarnya yang punya ciri khas tersendiri buat aku ataupun ikan mujairnya yang super duper delicious .
Kami pun kembali ketasik sekitar pukul 2 siang, dan memutuskan untuk kembali ke bandung pada malam harinya naik bis yang dijadwalkan berangkat pukul 7 malam dari tasik. Kami sampai ditasik sekitar jam setengah 7 kami mampir dulu sebentar ke rumah uwa nya adry untuk mengambil barang dengan terburu-buru. Dan ketika sampai tepat jam 7 di tempat bis, taunya, bis nya nggak ada dooong, dan kata petugasnya datang jam setengah 8.masih belum ada. Akhirnya kita nunggu sampe jam 9 daaan bis jurusan tasik- cimahi itupun belum ada juga! Finally, kita pulang pake bis jurusan tasik-cicaheum.
Didalem bis, Cuma ada kami dan hanya beberapa penumpang lainnya. Akupun tertidur sepanjang perjalanan menuju bandung. Perjalanan ini cukup melelahkan tapi berkesan bangeet, rame, dan seru, juga banyak ngajarin aku a lot of things yang belum aku rasain atau ngalamin sebelumnya.

Kamis, 05 Januari 2012

Dicicil Aja Deh Bu!

Sejak pertengahan tahun 2011, saya mendampingi sebuah grup remaja untuk melakukan berbagai aktivitas sosial. Di kelompok ini pada awalnya bergabung 4 anak dari usia 12 s.d. 18 tahun. Menjelang akhir tahun 2011, anggotanya bertambah menjadi 9 orang. Mereka berhimpun membentuk wadah untuk mengekspresikan diri dan menajamkan kepekaan sosial. Jadilah saya menemani mereka menyusun rencana kegiatan, evaluasi, dan berbagai aktivitas lainnya. Anak-anak Lensa Remaja sangat aktif, imajinatif, dan kritis. Perlu berbagai trik untuk mengimbangi mereka dalam proses pendampingan, terutama ketika harus mengomunikasikan hal-hal strategis atau prinsip-prinsip penting tertentu.

Ada satu pengalaman, salah seorang anak laki-laki di Lensa Remaja, enggan sholat. Alasan yang kerap dipakai adalah celana panjangnya kotor karena sudah berhari-hari belum dicuci. Dalam satu perbincangan, di bergumam:"Coba sholatnya bisa dirangkum kayak pelajaran di sekolah, jadi aku gak usah shalat 5 kali sehari". Saya geli mendengar idenya itu. Saya usul:
"Boleh, mau dirangkum untuk berapa bulan?"
Dia menjawab: "kalau 3 bulan boleh?". Saya bilang boleh saja. Dia tampak berseri. Kami kemudian merundingkan cara "merangkum" sholatnya yaitu 17 (jumlah rakaat sholat dalam sehari) x 90 (jumlah hari dalam 3 bulan) = 1.530 rakaat. Artinya, saat "merangkum" sholat dia akan melakukan sholat sebanyak 1.530 rakaat, maka dia akan terbebas sholat selama 3 bulan. Dia tidak bicara apa-apa, tetapi sangat jelas terlihat wajahnya berseri. Tampaknya dia tidak menyadari jumlah rakaat yang harus dia kerjakan. Saya katakan:"kamu coba lakukan hal itu, saya akan mencari dalilnya". Dia tambah berseri. Saya yakin sesuatu tengah terjadi dalam dirinya. Setelah itu kami tidak membahas masalah itu lagi. Dia terlihat masih sholat dengan keengganan.

Kemarin, saya menemani anak-anak Lensa Remaja melakukan evaluasi dan refleksi atas kegiatan terakhir mereka di Cieceng, Kabupaten Tasikmalaya. Di sana mereka melakukan kegiatan sharing dengan teman sebaya. Kali ini fokus kegiatan mereka adalah Try Out untuk anak-anak kelas 6 SD, kelas 3 SMP, dan kelas 3 SMK. Berbagai cerita seru saya dengar mulai dari kendaraan ajaib yang mereka naiki untuk sampai ke lokasi sampai kutukan gigitan serangga yang menjadi oleh-oleh kegiatan pada sebagian tubuh anak perempuan. Di tengah, hiruk pikuk cerita, anak yang mau merangkum sholat, tiba-tiba berseru:
" Bu Diana, saya sudah coba merangkum sholat. Sungguh gak sanggup deh... Gempor... gak kuat. Saya cicil aja deh 5 kali sehari, daripada gempor.."
Kontan saya tertawa. Anak-anak yang lain agak terbengong-bengong. Setelah dijelaskan duduk perkaranya, semua tertawa. Saya merasa lega. Sederet doa terpanjat agar mereka bisa tetap melakukan aktivitas dengan cara mereka tetapi tetap berada dalam koridor iman. Semoga.

Selasa, 03 Januari 2012

Menjadi Pendamping Remaja

Memasuki pertengahan tahun 2011, saya menjadi pendamping bagi sekelompok remaja yang berhimpun di dalam wadah Lensa Remaja. Wadah ini menjadi ajang dan cara bagi remaja untuk melihat dunia dan berbuat bagi sesama. Pada awalnya, grup ini dibentuk oleh 4 orang remaja: Adry, Azmi, Vikri, dan Zahrah. Dalam perjalanannya, kemudian bertambah menjadi 10 orang dengan bergabungnya Alfi, Faika, Irsal, Naufal, Rifki, dan Risya. Kecuali Risya, anggota Lensa Remaja adalah Alumni SD Hikmah Teladan. Jenjang umur anggota Lensa Remaja mulai dari 12 tahun hingga 18 tahun, dengan pendidikan mulai dari kleas 6 SD (Naufal), SMP (Azmi dan Rifki), SMA (Adry, Alfi, Faika, Risya, dan Zahra), dan perguruan tinggi (Irsal dan Vikry).

Tidak terlalu mudah ternyata mendampingi remaja, karena mereka berada dalam fase perkembangan psikologi yang cukup rumit bagi saya.Selain itu, saya lebih terbiasa mendampingi orang dewasa dalam program-program pemberdayaan masyarakat. Kegiatan pendampingan pertamakali dilakukan dengan menemani mereka melakukan kegiatan sharing dengan teman sebaya di Cipatujah. Catatan tentang hal ini bisa dilihat pada tulisan terkait Cipatujah.

Di penghujung tahun 2011, Lensa Remaja, kelompok remaja di Cimahi yang saya dampingi mengadakan kegiatan liburan yang berbeda. Mereka melakukan kegiatan bersama teman-teman sebayanya di Desa Ci Eceng, Kabupaten Tasikmalaya. Kali ini saya tidak ikut ke sana, tetapi mencoba menemani mereka melakukan persiapan mulai dari perencanaan kegiatan dan rehersalnya di Rumah Belajar Sahaja. Pada kegiatan kali ini, si bungsu Naufal juga ikut. Saya agak deg degan melepas Naufal dalam perjalanan mandiri. Alhamdulillah tidak ada masalah.

Anak-anak Lensa Remaja, mulai membuat laporan kegiatan di Ci Eceng, bisa dilihat di link yang ada di web ini. Bisa dilihat sendiri bagaimana mereka bebas mengekspresikan pengalaman di Ci Eceng.Kebebasan ekspresi menjadi bagian dari prinsip pendampingan bagi grup Lensa Remaja. Saya mencoba menerapkan prinsip-prinsip partisipatoris, akuntabilitas, dan transparansi bagi grup ini. Saya menempatkan laporna sebagai bagian dari ekspresi mereka atas pengalaman yang mereka dapatkan dalam setiap kegiatan. Mereka boleh membuat laporan dalam bentuk narasi, novel, puisi, bahkan gambar. Kami menyepakati ekspresi/laporan itu paling tidak memuat tiga hal, yaitu:informasi tentang kegiatan yang dilakukan, kesan-kesan yang diperoleh dari kegiatan tersebut, dan catatan pembelajaran penting dari kegiatan yang dilakukan bagi dirinya dan langkah ke depan. Bagian terakhir menjadi agak serius, karena justru itu yang penting digali agar setiap pengalaman dapat menjadi bahan pembelajaran untuk menjadikan diri kita lebih baik.

Kamis, 5 Januari 2012 mendatang, anak-anak Lensa Remaja akan melakukan refleksi dan evaluasi kegiatan Ci Eceng. Saya sudah tidak sabar mendengarkan temuan-temuan menarik yang mereka dapatkan di sana.

Rabu, 03 Agustus 2011

Backpaking N Sharing di Cipatujah: Bertemu Anak-anak Yang Luar Biasa (Part-2)

Kegiatan bersama anak-anak di Puncak Jaya diawali dengan proses identifikasi kebutuhan tema-tema yang ingin dipelajari anak-anak. Hasilnya sangat mengejutkan. Anak-anak yang bermata cemerlang ini ingin belajar lebih jauh tentang organisasi, cara belajar yang baik, gambaran pendidikan di Bandung itu seperti apa, bagaimana menguatkan motivasi, terutama motivasi untuk tetap bertahan melanjutkan sekolah, kepemimpinan, solidaritas, dan kenegaraan. Tema-tema itu mencerminkan betapa dekatnya mereka dengan aktivitas gerakan sosial. Hal ini dapat dimengerti karena mereka juga adlaah bagian dari anggota gerakan Serikat petani Pasundan. Organisasi petani yang sudah lama berjuang untuk mempertahankan hak-hak mereka atas tanah tempat tinggalnya.

Anak-anak dari Bandung (sekarang sudah menjadi grup Lensa Remaja) mendapatkan kontras kenyataan yang pertama. Bagaimanapun topic-topik yang diidentifikasi anak-anak Pucak Jaya relative jauh dari keseharian Zahra dan kawan-kawannya. Disepakati malam itu kami bersama-sama akan belajar tentang motivasi, pendiidkna di Bandung, dan organisasi. Seperti sudah dirancang sebelumnya, Azmi mendapat kesempatan pertama untuk sharing tentang cara belajar dan model pendidikan yang didapatkannya di Bandung. Azmi sempat berbagi tentang teknik belajar menggunakan jembatan keledai, yaitu menghafal sumusan tertentu dari satu materi pelajaran dengan cara menguntainya menjadi kalimat yang menarik, bahkan kadang lucu. Sayang saya tidak bisa mengingat dengan jelas bentuk kalimatnya (maklum dah lewat masa-masa seperti itu..ha..ha..).

Anak-anak cepat beradaptasi. Ketegangan yang sempat muncul sebelum acara dimulai perlahan luntur. Tetapi anak-anak bleum bisa langsung berbaur dengan teman sebayanya. Ada gesture yang masih kurang saya pahami untuk membuat mereka lebih “melted” dengan situasi.

Saya berusaha membangun dinamika kelompok yang dapat mendorong mereka lebih cair dan berbaur lebih alamian dengan teman sebayanya. Beberapa games diberikan sekaligus menjaid pengantar untuk tema-tema solidaritas, motivasi, dan organisasi. Anak-anak bermain dalam grup yang berbeda dan beraktivitas bersama dalam keriangan. Malam itu, diakhiri dengan senyum dan suasana yang lebih cair. Zahra menutup malam itu dengan perenungan betapa jauh kondisi dan alam pikiran teman-temannya. Gumaman komentarnya masih terngiang, “ Gak nyangka ya.. kita mah sibuk dengan berbagai keinginan yang sebenarnya gak penting, eh mereka (anak-anak Puncak Jaya) justru harus berhadapan dengan masalah yang besar. Aku jadi malu”

Saya diam-diam berharap pernyataan itu adalah refleksi dari pengalaman hari ini yang akan memberikan nilai tertentu pada kepribadiannya. Malam itu saya tidur lelap diiringi sayup debur ombak jauh di kaki bukit dan kesejukan angin yang menelisik dari celah-celah dinding dan lantai rumah penduduk Puncak Jaya. Saya merasa tengah berenang dalam lautan cinta yang diberikan Allah hari ini.

9 Juli 2010, Kegiatan Hari Kedua di Puncak Jaya
Pagi ini saya dibangunkan dengan rasa kaget karena ada yang meniup-niup punggung cukup keras. Sempat terpikir betapa kurang ajarnya orang yang melakukan perbuatan itu Sangat tidak sopan. Tetapi ketika mata terbuka, ternyata yang meniup-niup itu adalah angin subuh yang masuk dengan kencang dari sela-sela lantai papan tempat kami tidur. Syukurlah…

Hari kedua ini saya mengubah metode. Kalau semalam anak-anak Bandung yang lebih banyak aktif, maka pagi ini adlah kesempatan bagi anak-anak Puncak Jaya untuk ambil peran lebih banyak.

Maka setengah hari forum diserahkan pada mereka. Kami kemudian larut dalam kegembiraan bermain bersama mereka. Kami bermain di dalam dan di luar ruangan. Tanpa disadari tema-tema yang ingin dipelajari anak-anak tersampaikan dam permainan-permainan ini. Dalam permainan anak-anak bisa lebih berbaur lagi. Kegiatan hari itu ditutup dengan membuat karya bersama sebagai ekspresi atas seluruh moment pertemuan ini. Anak-anak diminta untuk menunagkan gagasan dan kreativitasnya dalam sebuh poster. Inilah hasilnya:







Selamat Tinggal Puncak Jaya.. Sampai Bertemu Lagi
Membuat poster adalah kegiatan terakhir… Selesai sudah kegiatan dua hari ini. Ada yang masih tertinggal karena tugas ini terasa belumlah tuntas… Binar mata kemilau, tawa lepas, dan ekspresi yang bebas justru mengikatku pada mereka. Potensi besar ini tersembunyi di balik gunung dan bukit-bukit yang mengitari tempat tinggal mereka. Potensi besar ini masih harus diasah disentuh dan dipertemukan dengan peradaban lain di ujung rimbunan pohon-pohon jati. Tempat yang begitu tersembunyi ini hanya bisa ditempuh dengan kesungguhan dan segala pengorbanan. Bahkan harap saja hanya mungkin dilarung dalam gemuruh ombak jauh di bawah bukit. Ketiadaan ini justru menambatku… dan akan membuatku kembali. Bagaimana mungkin berpaling dari bocah-bocah berbau embun yang penuh harap. Semoga ada pertemuan di satu waktu nanti.

14.00 Menuju Pameungpeuk
Perjalanan berikutnya adalah Pantai Pameungpeuk, Garut. Menuruni kembali bukit terja betul-betul satu perjuangan berat. Saya harus menyerahkan “nasib” kepada pak sopir colt bak yang akan membawa kami ke perhentian terakhir, yaitu Pantai Pameungpeuk, Garut. Di atas colt bak, satu-satunya kendaraan yang bisa membawa kami ke Pantai, kami menelusuri jalanan berliku dna terjal di tengah perkebunan karet yang maha luas. Terguncang di belakang colt bak, terbakar matahari, di jalanan berangin penuh debu menjadi sensasi tersendiri. Saya sangat menikmati setiap jengkal pergerakan. Zahra iseng bertanya:” Mam, berani gak naik colt bak gini di Bandung?”.. Ha..ha..ha… pertanyaan yang sangat menggelitik dan membangunkan aku pada realitas-realitas yang berbatas waktu dan wilayah… spontan saya menjawab “ tidak… karena pasti ditangkap polisi:.. ha..ha..ha… Seperti biasa, Ali tidak pernah kehilangan yang tidak pernah energinya menebar keriangan.

Ah. Pantai selalu membuatku merasa lebih tenang.. semua gelisah yang membuncah di dada selalu hilang dalam deburan ombak. Selalu… sangat melegakan. Di sinilah kami mengakhiri kegiatan dari seluruh perjalanan ini.

EVALUASI….
Untuk menanamkan tradisi refleksi, saya mengajak anak-anak melakukan evaluasi kegiatan sambil nonton film Surat Kecil untuk Tuhan. Tentu saja anak-anak bersemangat. Siapa sih yang gak seneng diajak nonton. Selalu unsur fun masuk dalam setiap kegiatan. Kami melakukan evaluasi sebelum film dimulai. Berelesehan di depan teater lumayan juga. Kesimpulan dari evaluasi:
1. Semua anak mendapatkan pelajaran berharga, terutama berkaitan dengan keadaan masing-masing. Semua merasa berada dalam kondisi yang jauh lebih baik dan sudah merasa “wasting time” dengan segala keluh kesah.
2. Semua anak sepakat untuk lebih fokus pada apa yang ingin dikejar dalam hidupnya.
3. Semua sepakat untuk benar-benar melatih diri agar bisa berinteraksi lebih baik. Anak-anak minta dibekali berbagai keterampilan untuk berinteraksi.
4. Semua sepakat untuk membangun kelompok yang lebih besar dan ada pertemuan rutin.

Rasanya tidak ada lagi yang perlu saya simpulkan selain rasa syukur bahwa anak-anak sudah belajar tentang sesuatu yang sangat penting untuk hidupnya kelak. Semoga.

Sabtu, 16 Juli 2011

Backpaking N Sharing di Cipatujah: Bertemu Anak-anak Yang Luar Biasa (Part-1)

Menutup liburan tahun ajaran baru ini, kami melakukan kegiatan yang berbeda dari biasanya. Kami melakukan perjalanan ke pedalaman Tasik-Garut. Perjalanan ini berawal dari tawaran pak Aripin, litbang di SD Hikmah Teladan sekaligus kawan diskusi tentang sistem pendidikan alternatif. Maklum kami sama-sama gelisah dengan sistem pendidikan yang ada di Negara ini. Pak Aripin meminta saya mendampingi anak-anak untuk melakukan kegiatan mengisi liburan dengan cara berbeda, yaitu mengajak anak-anak untuk sharing bersama teman sebayanya di pedalaman tasik-Garut sambil piknik ke pantai. Pa Aripin berharap anak-anaknya dilatih memiliki kepedulian sosial. Ide ini bersambut. Saya juga kerap membawa anak-anak saya dalam pekerjaan saya membantu orang-orang kurang beruntung melakukan perubahan. Hampir tanpa pertimbangan apapun ajakan itu saya terima. Saya sampaikan ide pa Aripin kepada anak saya, Zahra dan Naufal. Zahra tertarik ikut, tetapi Naufal tidak.

Buat Zahra, perjalanan ini akan menjadi “us time” waktu bersama bagi saya dan Zahra. Hanya kami berdua, semacam “ladies time”. Biasanya momen ini kami isi nonton, beli buku, atau sekedar makan di tempat yang dipilih Zahra. Ini adalah waktu untuk membangun pemahaman yang lebih dalam satu sama lain. Sebagai orang tua, model ini efektif untuk berkomunikasi tentang hal-hal yang cukup sensitive. Selain itu, tantangannya terlalu menarik untuk ditinggalkan. Buat saya sendiri, secara personal, perjalanan ini menjadi waktu untuk “escape” dari rutinitas dan beban yang belakangan makin menghimpit. I need some fresh air to breath, space for reflection, distance to understand and new energy to recharge.

Jadilah Zahra, Adry, Azmi, dan Vikri berkumpul untuk mulai diskusikan rencana kegiatan. Mereka sepakat untuk mengajak temannya yang lain agar lebih rame. Kegiatan pertama adalah diskusi dengan Ibu Ninuk seputar masalah-masalah yang dihadapi remaja. Ada tiga anak yang ikut bergabung, yaitu Widi, Puput, dan Tika. Diskusi ini menjadi pengantar pada pengenalan diri anak-anak. Pertemuan kedua, mendiskusikan rencana kegiatan sharing di Tasik. Ternyata Widi, Puput, dan Tika tidak terlalu tertarik dengan kegiatan ini. Akhirnya hanya berempat yang meneruskan diskusi perencanaan perjalanan.

Anak-anak sempat bingung karena belum ada informasi yang utuh tentang kebutuhan anak-anak di sana. Saya juga blank, yang bisa saya lakukan adalah mendorong anak-anak untuk mencari alternative kegiatan dan memastikan kegiatan yang dipilih bisa dikelola. Anak-anak memilih tema sharing tentang makna pendidikan bagi mereka, persiapan UN, dan cita-cita. Masing-masing berbagi tugas dan peran. Persiapan dianggap beres. Tinggal berangkat. Informasi yang minim dalam banyak hal termasuk soal teknis pemberangkatan mendorong saya untuk mengajak anak-anak berada dalam mental backpacking alias travelling ala ransel. Inisiatif ini pas, karena ternyata kami memang harus backpacking.

The Journey….
7 Juli 2011, 16.00
Perjalanan dimulai. Setelah berputar-putar di Cimahi Mall cari souvenir untuk anak-anak di lokasi kegiatan, kami naik bis Budiman jurusan Tasik. Perjalanan ke Tasik ditempuh sekitar 3-4 jam. Rencana akan ribut di bis tidak terjadi, kelihatannya anak-anak masih saling menyesuaikan diri. Tepat pukul 21.00 kami tiba di terminal Tasik. Adik Pak Aripin kemudian menjemput kami. Di Tasik, kami menginap di rumah mertuanya Pak Aripin. Perjalanan malam itu diakhiri dengan diskusi bersama Kang Usep dan Kang Alex tentang situasi di lokasi dan gambaran umum anak-anak yang akan terlibat dalam kegiatan besok. Akang-akang inilah yang menjadi pendamping warga di lokasi kegiatan. Catatan diskusinya, pertama, dari sisi lokasi, kami dipastikan akan berkunjung ke sebuah tempat di Cipatujah. Desa yang akan kami kunjungi merupakan wilayah yang relative baru berkembang. Tempat ini menjadi bagian dari wilayah dampingan Serikat Petani Pasundan. Artinya, bisa dipastikan mereka berada di wilayah konflik atau bekas konflik. Di desa tersebut tengah dibangun sekolah, karena sekolah terdekat yang difasilitasi pemerintah letaknya sekitar 10-20 km dari Desa. Bisa dibayangkan anak-anak harus menempuh jarak begitu jauh setiap hari untuk sekolah. Perintisan sekolah menjadi alternative yang tepat bagi mereka untuk mendekatkan akses anak-anak pada pelayanan pendidikan. Lokasi desa berada di puncak bukit. Jalan menuju ke sana tentu tidak beraspal dan lumayan curam. “Matak jantungan bu…” begitu komentar Kang Usep. Jalan itu hanya bisa dilalui motor dan colt bak terbuka! Saya mulai agak worry sekaligus penasaran. Kami akan menginap di rumah warga. Ini tentunya akan menjadi pengalaman yang luar biasa bagi anak-anak. Terutama bagi Zahra yang sangat jarang menginap di tempat lain. Anak-anak akan mendapat pengalaman langsung berada di desa.

Kedua, kegiatan bersama anak-anak akan diikuti pula oleh anak-anak dari SMP Darul Hikmah yang sudah dirintis terlebih dahulu oleh para guru SD Hikmah Teladan di bawah komando pak Aripin. Menurut analisis Kang Usep dan Kang Alex, anak-anak di lokasi tengah berada dalam dinamika social yang cukup membuat mereka bingung. Belakangan mereka kehilangan motivasi dan kreatifitas karena dukungan social bagi mereka melemah. Mereka butuh dukungan untuk membangkitkan kembali semangat dan kreativitasnya. Jelas ini kebutuhan yang kompleks yang tidak bisa dipenuhi dengan kegiatan sederhana yang direncanakan secara sepihak oleh saya dan anak-anak di Bandung. Harus ada revisi.

Kebutuhan revisi kegiatan saya sampaikan pada anak-anak. Zahra, Adry, Azmi, dan Vikri mulai merasa sedikit nervous, terutama setelah saya pancing mereka dengan pertanyaan, “ apa yang kalian share jika teman-teman di lokasi nanti bertanya tentang pola belajar kalian?”
Sontak semua tersentak karena ternyata sama-sama merasa tidak punya pola khusus. Bahkan nyaris ga pernah belajar secara khusus. Terlihat ada garis kecemasan pada anak-anak.
“Kita jawab apa ya… kan gak pernah belajar…!”
“Satu hal, jangan bohong dan jangan mematahkan semangat ya”, saya ingatkan kepada anak-anak. Semoga kegelisahan yang dirasakan anak-anak menjadi pelajaran pertama bagi mereka.

Malam itu saya tidur dalam gelisah karena telah melakukan kesalahan besar dengan membuat rencana kegiatan tanpa mempelajari dahulu kondisi dan kebutuhan klien, dalam hal ini anak-anak di lokasi pertemuan. Saya khawatir apa yang kami rencanakan bukan hanya tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka tetapi juga tidak tepat! Tentunya hal ini tidak boleh terjadi. Beberapa ide yang kemudian muncul bisa sedikit menenangkan. Saya tertidur dengan mimpi agak absurd. Mungkin benar juga komentar sahabat saya untuk tidak terlalu serius terhadap banyak hal… he..he…

8 Juli 2011
Terbangun pagi di tempat yang belum sepenuhnya dikenali memunculkan sensasi aneh. Tapi hanya sesaat. Kehangatan tuan rumah mengusir kejenggahan. Kang Usep dan Kang Alex sudah datang. Saya ditawari pak Aripin ikut dengan Kang Usep dan Kang Alex supaya bisa ngobrol lebih banyak. Eh anak-anak juga ikut. Akhirnya kami berangkat ke lokasi menggunakan mobil Kang Usep yang istimewa, Azmi menyebutnya Alphard tong tong. Tujuan kami adalah Taraju. Di mana lokasinya, entahlah. Saya pasrah ketika kami harus melewati jalan berkelok dengan tanjakan yang lumayan. Beberapa kali saya merasa ada yang aneh dengan mobil ini, tapi saya tekan perasaan itu. Kang Usep teman perjalanan yang seruu, selalu berupaya menciptakan keceriaan bagi anak-anak. Sayang usaha Kang Usep tidak berhasil. Anak-anak membisu di sepanjang perjalanan. Saya menduga mereka tegang membayangkan situasi nanti. Jalan berkelok dengan tikungan tajam juga memberi kontribusi besar pada kebisuan mereka. Beberapa kali dicoba main tebak-tebakan untuk mencairkan suasana, tapi tidak terlalu berhasil. Saya menyerah membiarkan anak-anak dalam kebisuan masing-masing.

Perjalanan Tasik-Taraju memakan waktu sekitar empat jam. Informasi awal rutenya bisa ditempuh dalam dua jam saja. Hmmm….mungkin dua jam itu ditempuh dengan kendaraan lain atau dua jam versi perjalanan ini harus dikali 2..he..he.. Tepat menjelang Dzuhur kami tiba di pantai Taraju. Pantai yang indah, masih belum terjamah sistem pariwisata yang kerap membuat alam tercerabut dari kondisi alamiahnya. Pantai memberikan energi baru bagi anak-anak juga kita semua. Setelah memarkirkan Alphard Tong-tong, kami berhamburan ke pinggir pantai. Belakangan saya baru tahu kalau mobil hebat ini memang bermasalah, remnya nyaris blong!

Melihat pantai, snak-anak kembali ceria. Kamera dipenuhi berbagai gaya mareka. Narsis abis seperti biasanya ha..ha…ha…. Ini ekspresi yang paling saya suka:
Pantai selalu mempunyai makna khusus buatku, pantai memberikan energy pembersihan. Ombak yang datang dengan kekuatannya akan membawa apapun yang singgah di tepi pantai untuk dibawa pada pusaran inti energi jauh di bawah laut. Di pantai Cipatujah ini, aku larungkan segala gelisah.

Ah, semoga benarlah adanya perjalanan ini akan menjadi pendakian spiritual seperti yang d isms-kan seorang sahabat lama di Tasik. Semoga pendakian ini akan berakhir pada kemurnian penyerahan diri hanya pada Allah. Panti, pasir, ombak, menjadi terlalu besar untuk resah yang ternyata tidak terlalu penting dipelihara. Dan pastinya Allah lebih besar lagi dari beban yang sejenak hadir pada hari-hariku belakangan ini. Perasaan lega diam-diam menyelinap.

Inilah Tim inti yang Jibaku Backpaking ke Desa Puncak Jaya di Cipatujah-Tasik.....

Next Trip on 13. 00, Pantai Cipatujah-Desa Puncak Jaya: Menuju Negeri di Atas Awan

Setelah selesai shalat Jum’at kami menuju Desa Puncak Jaya. Dari namanya kita bisa menduga posisinya memang ada di puncak bukit. Perjalanan menuju desa perlu perjuangan tersendiri. Kami naik colt back, satu-satunya angkutan yang bisa mencapai desa itu selain motor. Sangat-sangat dibutuhkan keterampilan khusus untuk menyusuri jalan menuju Desa Puncak Jaya. Jalur yang sempit, tanjakan hampir mencapai 45 derajat (mungkin ini perkiraan yang lebay saking curamnya..he..he…), belokan curam, jalan bergelombang, bahkan batu-batu penahan jalan kerap lepas, menambah tegang perjalanan.Lihat deh medannya di foto ini Saya betul-betul mengerahkan semua doa yang bisa diingat… herannya anak-anak justru semangat. Saya betul-betul panik ketika mobil berjalan tersendat dan sempat sedikit mundur di tanjakan. Pak sopir harus dipandu. Seseorang turun untuk memastikan ban tidak slip. Rasa lega tak terkira ketika mobil bisa berjalan kembali. Kecemasan menadaki jalan, berlalu dan kami mendapatkan hadiah yang luar biasa berupa pemandangan yang sangat indah. Laut seolah menjadi back drop raksasa yang melatari perjalanan kami ke puncak bukit. as colt bak yang kami tumpangi.

Perjalanan berakhir di depan sebuah rumah panggung di tengah halaman yang cukup luas. Pohon rambutan yang bernas berbuah menjadi hiasan menarik di antara tanah kering di sekitarnya. Rumah ini menjadi tempat istirahat yang pas setelah menempuh perjalanan yang menyeramkan. Warga di Desa Puncak Jaya sudah menunggu kami dan mempersiapkan kebutuhan kami, terutama konsumsi …... . Pa Aripin, Bu Hani dan Ali datang menyusul dan membawa berita terjatuh di tanjakan bawah. Motornya tidak bisa naik. Alhamdulillah tidak ada yang terluka. Ibu Hani salah satu jarinya bengkak, tetapi bisa di atasi. Yang ajaib, Ali, dia datang membawa keriangan tersendiri. Perjalanan yang rumit dan berbahaya ini sepertinya dianggap permainan saja. Hebaaat. Segera saja Ali menjadi pavorit boy buat Zahra dan saya tentunya…He is the real energizer! Here is Ali with the adorable smile...


15.00-18.00,
Kegiatan Pertama: Identifikasi Kebutuhan Dan Dinamika Kelompok

Anak-anak yang akan ikut kegiatan sharing menyusul tak lama setelah kami tiba. Adry, Azmi, Vikri dan Zahra masih merasa canggung dan nervous. Azmi yang agak gugup sempat menawar untuk tidak bicara pertama. Ha..ha..ha..tentu saja tidak ada yang mau bertukar tempat dengan Azmi. Kami brifing sekalli lagi dengan Kang Usep untuk memastikan tahapan kegiatan yang akan dilakukan juga untuk menyemangati Azmi. Intinya, kami akan mencoba mengidentifikasi kebutuhan topik yang akan didiskusikan, membangun dinamika kelompok, dan ekspresi bersama sebagai kesimpulan kegiatan. Semua akan dilakukan sambil bermain disela diskusi di antara anak-anak sendiri. Kang Usep sepakat.

Ada sekitar 30 anak laki-laki dan perempuan yang terlibat dalam kegiatan ini. Rentang usia mereka cukup lebar antara 12 tahun sampai 18 tahun. Mulai dari anak-anak yang baru lulus SD hingga yang sudah lulus SMA. Ini menjadi tantangan tersendiri karena rentang perbedaan umur yang cukup lebar mempengaruhi dinamika kegitan. Saya mengambil keputusan untuk menggabungkan saja dulu semua anak, paling tidak di tahap perkenalan, kontrak belajar, dan identifikasi topik yang ingin didiskusikan. Kegiatan berikutnya merupakan eksplorasi pengalaman yang sangat luar biasa.... tapi nanti yaa....(bersambung )